Review Film: “Ipar Adalah Maut” (2024)

“It’s my dream, not her!”. Setelah dihebohkan dengan serial film Layangan Putus di tahun 2023 yang lalu, tahun ini muncul film yang juga menghebohkan dunia perfilmman Indonesia yaitu Ipar adalah Maut.

Film Ipar adalah Maut disutradarai oleh Hanung Bramantyo, mengangkat tema perselingkuhan yang melibatkan tokoh utama Nisa, suaminya Aris, dan adik Nisa, Rani. Film ini menggambarkan kehidupan rumah tangga yang harmonis yang hancur karena perselingkuhan antara Aris dan Rani​​.

Haris ialah suami dari Nisa yang merupakan kakak kandung dari Rani. Perselingkuhan tersebut bermula dari keberangkatan Nisa untuk pulang kampung ke Jogja. Dan menitipkan suaminya ke Rani untuk dilayani. Dengan sadar Nisa mulai melayani Mas Aris secara lahir dan batin tanpa mengingat bahwa Mas Aris dalah Iparnya.

Hebatnya peserselingkungan tersebut tidak hanya terjadi sekali, tapi berkali-kali yang pada akhirnya menyebabkan Rani mengandung anak Mas Aris. Mirisnya disaat Ibu mereka (Nisa dan Rani) meninggal, perselingkuhan mereka terbongkar yang membuat Nisa marah besar dan sakit hati.

Hanung Bramantyo tidak hanya menyoroti drama perselingkuhan ini tetapi juga menyelipkan pesan-pesan religius dan nilai-nilai moral yang relevan dengan kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Film ini diakhiri dengan kutipan hadis yang mengingatkan pentingnya menjaga batasan dalam hubungan keluarga.

Film ini mendapat banyak pujian terutama untuk akting para pemerannya. Michelle Ziudith, yang memerankan Nisa, berhasil menyampaikan emosi dan rasa sakit karakternya dengan baik, membuat penonton merasakan simpati yang mendalam. Deva Mahenra dan Davina Karamoy juga memberikan penampilan yang kuat, memancing emosi penonton hingga merasa kesal dengan karakter mereka​.

Kelebihan film ini terletak pada penokohan yang kuat, pengaturan cerita yang naik terus menerus, dan penggunaan musik yang mendukung nuansa emosional film. Elemen teknis seperti color grading dan scoring juga dipuji karena memperkuat cerita​ ​. Namun, beberapa kritik menyebut bahwa bagian awal film terasa lambat dan agak membosankan sebelum konflik utama muncul​.

Secara keseluruhan, “Ipar Adalah Maut” berhasil mengaduk emosi penonton dengan alur yang intens dan akting yang memukau, membuatnya menjadi film yang menarik bagi penggemar drama emosional​ ​.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Exit mobile version